MAN Rengel selalu eksis di kecamatan Rengel, kali ini dalam rangka ikut pemeriahan HUT RI ke-69. Sekolah kita mengankat tema Budaya Lokal.
Ragam hias batik hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat sebagai
media ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk visual, yang dari
proses penciptanya tidak lepas dari pengaruh-pengaruh lingkungan sebagai
pelengkap rasa estetika. Ragam hias pada suatu benda seni pada dasarnya sebagai pedandan (make-up) yang
diterapkan guna mendapatkan keindahan dan kemolekan yang dipadukan. Hal
itu berperan sebagai media untuk mempercantik benda pakai secara
lahiriah, bahkan memiliki nilai simbolik atau
mengandung makna tertentu.
Batik Tuban adalah salah satu produk batik pesisiran yang mempunyai
ragam hias yang khas, yang tidak terdapat di daerah-daerah produksi
batik lainnya. Ragam hias batik Tuban sering disebut sebagai ragam hias
asli batik pesisir. Selain itu, batik Tuban juga disebut sebagai batik
petani atau batik desa, karena sebagaian besar dibuat oleh masyarakat
kalangan petani di pedesaan yang dijadikan sebagai pekerjaan sambilan.
Tradisi Jawa sangat menjunjung tinggi dan menghargai nilai-nilai etis dan estetis dalam berpakaian “Ajining Diri Saka Lati, Ajining Raga Saka Busana” (kehormatan diri terletak pada kata-kata, kehormatan badan terletak pada pakaian). Penggunaan batik secara tradisional hanya untuk bebet dan jarit, sarung, dodot, selendang, ikat kepala atau udeng dan kemben seperti yang diungkapkan oleh Biranul Annas sebagai berikut:
Bebet dan Jarit merupakan kain yang berbentuk empat
persegi panjang yang dililitkan mengelilingi pinggang. Panjangnya
hingga pergelangan kaki, dengan lebar beragam antara 100 cm hingga 110
cm, sedangkan panjangnya kira-kira mencapai 250 cm. Bebet dikenakan oleh pria biasanya dengan lipatan kain besar-besar dan dililitkan ke arah kanan ke kiri. Jarit
dipakai oleh wanita, dikenakan dengan cara dililitkan ke bagian badan
mulai dari arah kiri ke kanan, biasanya ditambah dengan lipatan-lipatan
(wiru atau wiron) tipis dibagian depannya. Sarung ialah
kain yang dijahitkan antarsisi-sisi terpendeknya. Lebarnya hampir sama
dengan kain panjang atau jarit, tetapi panjangnya hanya mencapai antara
180 cm hingga 220 cm.
Sarung merupakan pakaian khas di pesisir uatara Jawa dan merupakan
kostum asli masyarakat Melayu dan telah dipakai di seluruh kepulauan
Indonesia. Pada umumnya bentuk rancangan sarung berisikan dua unsur
dasar, yaitu badan dan kepala. Badan merupakan bagian paling lebar dari kain, memiliki luas bidang ¾ panjang sarung. Kemudian kepala pada dasarnya berupa alur bidang menyela ragam hias utama sarung, menempati ¼ panjang kain dan memotong besar kain. Kepala berada tegak lurus pada lebar bidang sarung, biasanya terletak ditengah atau di ujung sarung. Jenis kepala model lama memiliki ragam hias dengan dua buah deretan segitiga memanjang yang dinamakan tumpal.
Dodot merupakan wastra batik yang memiliki matra sangat
khusus karena hanya dipakai dilingkungan kraton atau pada acara yang
berkaitan dengan upacara adat kraton. Dodot dikenakan sebagai hak
istimewa keluarga kerajaan dan hanya dipakai oleh Sultan, pengantin pria
atau wanita dan penari kraton. Dodot dikenakan, dihiasi dan dilipat layaknya gaun panjang dengan rentean atau
ekor dari serat yang menggantung pada salah satu sisinya, disertai
dengan celana panjang sutra yang digunakan disebelah dalam dengan
penonjolan corak pada celana panjang. Selendang merupakan kain panjang tipis yang dipakai untuk keperluan khusus oleh wanita.
Kain ini dikenakan pada bahu dan dapat pula digunakan untuk menggendong
bayi atau membawa keperluan pasar. Selendang gendongan yang digunakan
di dalam kraton berukuran sama dengan jarit, yakni panjangnya kurang
lebih 260 cm dan lebarnya 110 cm dengan kedua ujungnya diberi
garis-garis putih berseling hitam selebar dua jari.
Ikat kepala atau udeng merupakan busana tambahan
untuk kaum pria berbentuk bujur sangkar serta pemakainnya diikatkan
secara luwes dan anggun pada kepala seperti layaknya surban. Kemben merupakan kain tipis sebagai penutup tubuh bagian atas (torso) wanita.
Kemben digunakan untuk mengamankan kain atau sarung agar posisinya
tidak melorot. Kemben dikenakan dengan cara dibebatkan di bagian atas
tubuh mulai di bawah ketiak dengan pinggir bawah sedikit menutupi bagian
atas jarit, selain itu kemben sering dipakai bersamaan dengan kebaya.
Dalam perkembangan selanjutnya, penggunaan batik tidak terbatas untuk
busana tradisional saja, tetapi berkembang lebih luas lagi antara lain
digunakan sebagai alat perlengkapan rumah tangga (seperti : gorden,
taplak meja, sprei, hiasan dinding, alas kursi, tas, dan sebagainya)
serta sebagai busana non-tradisional (kemeja pria, gaun, dan sebagainya).
Selain itu, batik juga berfungsi sebagai ekspresi diri, yakni batik
digunakan untuk mengekspresikan jiwa seniman. Batik sebagai sarana untuk
mengungkapkan perasaan seniman.
0 komentar:
Posting Komentar