Pada suatu hari ada seorang anak kecil yang masih
duduk di klas 2 SD mendengarkan gurunya yang menerangkan pelajaran Pendidikan
Agama Islam tentang keutamaan Sholat Subuh. Ia tampak serius dan kosentarasi
apa yang diterangkan kepada gurunya. Memang, selama ini ia dan ke dua orang
tuanya belum pernah pernah melaksanakan menunaikan shalat subuh.
Begitu sesampai dirumah, ia berfikir bagaimana
caranya untuk bangun di pagi hari dan bisa menunaikan shalat subuh.
Ia
mencari-cari ide dan akhirnya usahanya tidak mengecewakan yaitu salah satunya
dengan cara tidak tidur. Dengan tekatnya akhirnya ia bener-bener tidak didur.
Suatu ketika ia mendengarkan suara adzan, ia bergegas ingin menunaikan shalat.
Akan tetapi ia mendapatkan kesulitan dan kebingunagan, yaitu jarak antra rumah
dengan masjid sangat jauh. Ia tidak berani untuk pergi sendirian.
Ia pun menangis didepan pintu, disela taangisanya, ia
mendengarkan suara “srek_srek “ bunyi
sandal yang diseret di jalan. Ia membuka pintu rumah dan bergegas keluar dengan
cepat. Ternyata ada orang tua berjalan menuju masjid.
Ia mengamati orang itu dengan baik-baik. Setelah
mengamatinya, ia merasa mengenal orang tua itu. Ternyata, orang tua itu adalah
kakek farid teman bermainnya. Ia menyelinap dan mengikuti orng tua itu dengan
pelan_pelan agar tidak ketahuan.
Keadaan ini terus berlangsung. Sang anak selalu
membuntutinya sampai ke masjid. Akan tetapi, suatu keadaan pasti akan berganti
seiringnya waktu. Pak tua yang di buntutinya untuk berangkat ke masjid kini
telah meninggal.
Ketika ia mendengar berita kematian si kakek, ia pun
menangis. Sang ayah memperhatikan ada yang aneh terhadap anaknya. Sang ayah
bertanya terhadap anaknya.
“Mengapa adik menangisi kematian orang itu?” tanyak
sang ayah.
“Coba yang mati itu ayah, bukan kakek itu” jawab sang
anak yang masih menangis.
Ayah tersentak mendengarkan ucapan seorang anaknaya.
Sang ayah berfikir, mengapa anaknya mencintai seorang kakek tua itu?. Anak yang
polos itu mulai berkata kepada ayahnya.
“Aku
tidak menangisi kepergian si kakek itu karena kehilangan teman bermain.”
Sang
ayah masih merasa yang aneh terhadap anaknya sendiri.
“Lalu
kenapa?” tanya sang ayah kepada anaknya.
“Karena
sholat!” jawab sang anak dengan tegas.
Sang
anak mengalihkan pembicaraan denagn berkata.
“Ayah,
mengapa tidak pernah menunaikan shalat subuh? Dan mengapa ayah tidak seperti
kakek itu dan kebanyakan orang yang aku lihat?”
“Dimana
adik melihatnya?” tanya sang ayah.
“Dimasjid!”.
Jawab sang anak.
“Bagaimana
ceritanya sampai adik bisa tahu seperti itu?” tanya sang ayah.
Ia
pun menceritakan kronologis kisah ini terhadap sang ayahnya.
Hati
sang ayah pun sentuh oleh kata-kata sang buah hatinya. Seluas air mata pun mulai mengambang di sudut matanya. Ia peluk
sang buah hatinya dan ia tidak pernah meninggalkan sahat subuh lagi sejak saat
itu.
Faloby_red
0 komentar:
Posting Komentar