Ku hanya bisa melihatnya dari
jauh. Bersembunyi dan mengamatinya di tempat yang aman. Tiada keberanian untuk
mencoba menghampirinya. Rasa bahagia tersendiri bisa melihatnya bahagia dan
tersembunyi walau dari kejauhan.
Ku hanya bisa
melihatnya dari kejauhan. Ku langkahkan kaki meninggalkan pandanganku darinya.
Keesokan harinya, kuulangi kebiasaanku itu. Tapi hari ini dia tidak ada. Begitu
sepi di sana. Ku lirik jam tanganku
penuh kegilisahan. “ Pukul delapan pagi!” gumamku. Ku lirik kanan dan kiri. Ia
tak sama sekali kelihatan. Ku mulai gelisah. “ Ada apa dengannya. Tak biasanya
jam segini belum buka” ucapku gelisah. Aku pun pulang dengan perasaan hampa.
Seolah ku tidak peroleh apa-apa hari ini.
Di perjalanan
kepalaku terus menunduk ke bawah. Berfikir dimana dia. Jalan semakin ramai dan
panas. Hari ini tiba-tiba perasaanku menjadi
gelisah. Ku pandangi jalan yang tidak begitu ramai lagi. Dari kejauhan,
ku melihat sosok wanita berjalan pelan
akan menyebrang jalan. Ku mulai mempertajamkan penglihatanku. Seolah ku
mengenalinya.
“ Dia kan
gadis bunga itu” gumamku terkejut. Aku pun terdiam berfikir. Ku langkahkan
kakiku cepat menuju ke arahnya. Tapi, tiba-tiba langkahku terhenti. Sesosok
pria muda menghampirinya dan membantunya untuk menyebrang. Ku pandangi mereka
dan mengikuti kemana mereka berjalan. Mereka kelihatan begitu akrab. Ku terus
mengikuti mereka. Kemudian sampailah di sebuah rumah di pinggir kota. Ku mulai
curiga dengan mereka. “ kenapa mereka disana? Ada apa ini?” gumamku. Kemudian
dua orang laki-laki bertubuh kekar
mengampiri mereka. Hatiku mulai berdetak kencang. Emosiku mulai berkecamuk. Aku
pun menghampirinya dengan cepat. Tapi, langkahku terhenti dan mulai bersembunyi
yang tak jauh dri mereka. Kini ku bisa mendengar jelas pembicaraan mereka.
“ Kau masih
jualan bunga” kata pria itu lembut. Ia kelihatan begitu menyayangi gadis bung
itu. Dengan senyumannya yang indah. Ia menjawab pertanyaan laki-laki itu.
“ Iya. Cuma
toko bunga itu yang sisa. Semua toko telah diambil alih.” Jawab gadis itu
dengan lembut. Nada bicaranya tidak berubah. Masih saja seperti dulu.
“ Tapi kan
kau masih punya pembantu dan karyawan untuk menggantikanmu. Dan kau bisa
beristirahat. Tidak baik dengan kesehatanmu nantinya.” Nasehat laki-laki itu
begitu memperhatikannya. Gadis bunga itu hanya tersenyum.
Ku mendengar
bicaraan mereka penuh kebingungan. Sebenarnya siapa gadis bunga itu. kalau dia
putri disini, kenapa dia bekerja jadi penjual bunga?
Laki-laki itu
pun meninggalkan gadis itu. Dua orang laki-laki membawa gadis itu memasuki
rumah seperti seorang putri.
Matakupun
terbelalak melihat dia memasuki rumah mewah itu.
“ Tunggu!”
kataku pelan. Akupun menemukan memori otakku. Ada sebuah kejagalan disini. Dan
ada sebuah rahasia besar yang ada pada diri gadis bunga itu. Akupun memandangi
rumah mewah itu dan rumah-rumah disekitarnya. Ada yang aneh disini. Ku tatap
rumah mewah itu. 202. Ya...itu adalah nomer rumah itu. Tapikan rumahnya 203.
Dan sampingnya 205 seharusnya kan 203. Pikirku.
“ 202. Ku
kenal dengan rumah ini. Sekarang ku ingat. Tapi kan rumahnya bukan yang ini.
Tapi aku pernah lewat depan rumah ini sebelumnya.”
Aku pun terus
mengingat semua yang terjadi ketika ku mengikutinya pulang saat itu.
“ O...ya.
aku baru ingat. Dulu ia lewat belakang rumah
itu. Dan belakang rumah itu adalah perkampungan padat. Jadi ia memilih jalan
yang jauh dari gubuk yang ia masuki adalah rumah keduanya yang tak jauh dari
rumah mewah itu.
Kini,
terpecah juga semuanya. Tapi, perasaanku menonjol siapa gadis itu dan orang
laki-laki itu. ku mulai beranjak dari sini dan kembali kerumah yang sangat jauh
dari sini. Ku coba menjernihkan pikiranku dari kejadian hari ini. Ku berbaring
di tempat tidurku dan memejamkan mataku penuh dengan kelelahan.
Esoknya, ku
mulai mendatangi toko bunga itu. kini toko itu sudah kembali buka. Begitu
ramai. Dan ku lihat gadis itu melayani mereka degan senyumannya. Akupun masih
di tempat biasa. Dan tiba-tiba, ku ingin menghampirinya. Ku beranikan diriku
memasuki toko bunga itu dan segera mengetahui siapa dirinya sebenarnya.
“ Hei!”
sapaku saat ku berpapasan dengannya.
“ Ya....mau
pesan apa?” tanyanya lembut.
“
Ehm....bunga lili dan mawar. Dirangkai ya....” pintaku.
“ Kau tunggu
di luar dulu. Biar kami rangkai dahulu. Lima sampai sepuluh menit lagi”
jawabnya. Aku pun mengikuti perintahnya. Hatiku mulai cemas disini. Ku tengok
kekanan dan ke kiri. Memandangi rangkaian bunga indah di hadapanku. Aku
terkejut. ku memandang lurus ketempat biasa ku memperhatikannya. Begitu jelas
disini. “ Jangan...jangan....”
“ Ini sudah
jadi” katanya sambil menyodrkan rangkaian bunga yang ku pinta.
“ Oh
ya.........kau berani juga ya datang kesini. Biasanya kau duduk disana” katanya
sambil menunjukkan tempat biasa aku duduk. Aku pun tercengang. Terkejut.
“ Jadi...kau
tau semua”ucapku gugup.
“ Iya. Ku tau
kau selalu memperhatikanku dan mengikutiku selama ini. Ada apa?”. Pertanyaan
itu seperti memojokkanku.
“ Karena ku
ingin berkenalan denganmu. Dan ku berani kesini karena ku ingin bertanya
sesuatu denganmu. Apa kau putri dari bapak Reynaldi. Dan kau taruhkan semuanya
demi toko bunga yang mungil ini.”
Tanyaku memberanikan diri.
“ Karena ku
suka dengan bunga dan toko bunga ini adalah hasil jerih payahku sendiri. Dan
saya sendiri yang akan mengelolanya.”
“ Kenapa begitu?”
“ Sudah ku
jelaskan tadi. Ku begitu suka dengan bunga. Dan soal identitasku, ku tak mau
kalau semua tahu kalau saya sebenarnya putri dari bapak Reynaldi. Dan laki-laki
itu yan kau lihat. Dia adalah kakakku. Dia tidak berani untuk masuk ke rumah itu.
sekarang kau mengertikan. Tapi, ku salut denganmu. Kau begitu berani
membututiku selama ini. Selama ini tidak ada orang yang berani seperti kau ini.
Ku hargai pengorbananmu”
Akupun
terdiam tersipu malu. Aku begitu lega dan bahagia bisa berbicara dengannya.
Tapi ku masih belum mengerti dengan semua ini.
“ Saya putri
Leri. Leriana.” Ia sodorkan tangannya di hadapanku. Akupun memandangi tangannya
dan wajahnya. Ia tersenyum kepadaku.
“Rino...”
jawabku sambil menjabat tangannya pertanda pertemanan.
Faloby_red
0 komentar:
Posting Komentar