back to top

Minggu, 16 Desember 2012

GADIS BUNGA

Posted by Unknown On 21.43 | No comments
Ku hanya bisa melihatnya dari jauh. Bersembunyi dan mengamatinya di tempat yang aman. Tiada keberanian untuk mencoba menghampirinya. Rasa bahagia tersendiri bisa melihatnya bahagia dan tersembunyi walau dari kejauhan.
                Ku hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Ku langkahkan kaki meninggalkan pandanganku darinya. Keesokan harinya, kuulangi kebiasaanku itu. Tapi hari ini dia tidak ada. Begitu sepi di sana. Ku lirik jam  tanganku penuh kegilisahan. “ Pukul delapan pagi!” gumamku. Ku lirik kanan dan kiri. Ia tak sama sekali kelihatan. Ku mulai gelisah. “ Ada apa dengannya. Tak biasanya jam segini belum buka” ucapku gelisah. Aku pun pulang dengan perasaan hampa. Seolah ku tidak peroleh apa-apa hari ini.

                Di perjalanan kepalaku terus menunduk ke bawah. Berfikir dimana dia. Jalan semakin ramai dan panas. Hari ini tiba-tiba perasaanku menjadi  gelisah. Ku pandangi jalan yang tidak begitu ramai lagi. Dari kejauhan, ku melihat sosok wanita berjalan  pelan akan menyebrang jalan. Ku mulai mempertajamkan penglihatanku. Seolah ku mengenalinya.
                “ Dia kan gadis bunga itu” gumamku terkejut. Aku pun terdiam berfikir. Ku langkahkan kakiku cepat menuju ke arahnya. Tapi, tiba-tiba langkahku terhenti. Sesosok pria muda menghampirinya dan membantunya untuk menyebrang. Ku pandangi mereka dan mengikuti kemana mereka berjalan. Mereka kelihatan begitu akrab. Ku terus mengikuti mereka. Kemudian sampailah di sebuah rumah di pinggir kota. Ku mulai curiga dengan mereka. “ kenapa mereka disana? Ada apa ini?” gumamku. Kemudian dua orang laki-laki  bertubuh kekar mengampiri mereka. Hatiku mulai berdetak kencang. Emosiku mulai berkecamuk. Aku pun menghampirinya dengan cepat. Tapi, langkahku terhenti dan mulai bersembunyi yang tak jauh dri mereka. Kini ku bisa mendengar jelas pembicaraan mereka.
                “ Kau masih jualan bunga” kata pria itu lembut. Ia kelihatan begitu menyayangi gadis bung itu. Dengan senyumannya yang indah. Ia menjawab pertanyaan laki-laki itu.
                “ Iya. Cuma toko bunga itu yang sisa. Semua toko telah diambil alih.” Jawab gadis itu dengan lembut. Nada bicaranya tidak berubah. Masih saja seperti dulu.
                “ Tapi kan kau masih punya pembantu dan karyawan untuk menggantikanmu. Dan kau bisa beristirahat. Tidak baik dengan kesehatanmu nantinya.” Nasehat laki-laki itu begitu memperhatikannya. Gadis bunga itu hanya tersenyum.
                Ku mendengar bicaraan mereka penuh kebingungan. Sebenarnya siapa gadis bunga itu. kalau dia putri disini, kenapa dia bekerja jadi penjual bunga?
                Laki-laki itu pun meninggalkan gadis itu. Dua orang laki-laki membawa gadis itu memasuki rumah seperti seorang putri.
                Matakupun terbelalak melihat dia memasuki rumah mewah itu.
                “ Tunggu!” kataku pelan. Akupun menemukan memori otakku. Ada sebuah kejagalan disini. Dan ada sebuah rahasia besar yang ada pada diri gadis bunga itu. Akupun memandangi rumah mewah itu dan rumah-rumah disekitarnya. Ada yang aneh disini. Ku tatap rumah mewah itu. 202. Ya...itu adalah nomer rumah itu. Tapikan rumahnya 203. Dan sampingnya 205 seharusnya kan 203. Pikirku.
                “ 202. Ku kenal dengan rumah ini. Sekarang ku ingat. Tapi kan rumahnya bukan yang ini. Tapi aku pernah lewat depan rumah ini sebelumnya.”
                Aku pun terus mengingat semua yang terjadi ketika ku mengikutinya pulang saat itu.
                “ O...ya. aku  baru ingat. Dulu ia lewat belakang rumah itu. Dan belakang rumah itu adalah perkampungan padat. Jadi ia memilih jalan yang jauh dari gubuk yang ia masuki adalah rumah keduanya yang tak jauh dari rumah mewah itu.
                Kini, terpecah juga semuanya. Tapi, perasaanku menonjol siapa gadis itu dan orang laki-laki itu. ku mulai beranjak dari sini dan kembali kerumah yang sangat jauh dari sini. Ku coba menjernihkan pikiranku dari kejadian hari ini. Ku berbaring di tempat tidurku dan memejamkan mataku penuh dengan kelelahan.
                Esoknya, ku mulai mendatangi toko bunga itu. kini toko itu sudah kembali buka. Begitu ramai. Dan ku lihat gadis itu melayani mereka degan senyumannya. Akupun masih di tempat biasa. Dan tiba-tiba, ku ingin menghampirinya. Ku beranikan diriku memasuki toko bunga itu dan segera mengetahui siapa dirinya sebenarnya.
                “ Hei!” sapaku saat ku berpapasan dengannya.
                “ Ya....mau pesan apa?” tanyanya lembut.
                “ Ehm....bunga lili dan mawar. Dirangkai ya....” pintaku.
                “ Kau tunggu di luar dulu. Biar kami rangkai dahulu. Lima sampai sepuluh menit lagi” jawabnya. Aku pun mengikuti perintahnya. Hatiku mulai cemas disini. Ku tengok kekanan dan ke kiri. Memandangi rangkaian bunga indah di hadapanku. Aku terkejut. ku memandang lurus ketempat biasa ku memperhatikannya. Begitu jelas disini. “ Jangan...jangan....”
                “ Ini sudah jadi” katanya sambil menyodrkan rangkaian bunga yang ku pinta.
                “ Oh ya.........kau berani juga ya datang kesini. Biasanya kau duduk disana” katanya sambil menunjukkan tempat biasa aku duduk. Aku pun tercengang. Terkejut.
                “ Jadi...kau tau semua”ucapku gugup.
                “ Iya. Ku tau kau selalu memperhatikanku dan mengikutiku selama ini. Ada apa?”. Pertanyaan itu seperti memojokkanku.
                “ Karena ku ingin berkenalan denganmu. Dan ku berani kesini karena ku ingin bertanya sesuatu denganmu. Apa kau putri dari bapak Reynaldi. Dan kau taruhkan semuanya demi toko bunga yang mungil ini.”  Tanyaku memberanikan diri.
                “ Karena ku suka dengan bunga dan toko bunga ini adalah hasil jerih payahku sendiri. Dan saya sendiri yang akan mengelolanya.”
                “ Kenapa begitu?”
                “ Sudah ku jelaskan tadi. Ku begitu suka dengan bunga. Dan soal identitasku, ku tak mau kalau semua tahu kalau saya sebenarnya putri dari bapak Reynaldi. Dan laki-laki itu yan kau lihat. Dia adalah kakakku. Dia tidak berani untuk masuk ke rumah itu. sekarang kau mengertikan. Tapi, ku salut denganmu. Kau begitu berani membututiku selama ini. Selama ini tidak ada orang yang berani seperti kau ini. Ku hargai pengorbananmu”
                Akupun terdiam tersipu malu. Aku begitu lega dan bahagia bisa berbicara dengannya. Tapi ku masih belum mengerti dengan semua ini.
                “ Saya putri Leri. Leriana.” Ia sodorkan tangannya di hadapanku. Akupun memandangi tangannya dan wajahnya. Ia tersenyum kepadaku.
                “Rino...” jawabku sambil menjabat tangannya pertanda pertemanan.

Faloby_red


0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya